Kewirausahaan


MEMUPUK JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA ANAK USIA DINI


Istilah wirausaha tentu bukanlah istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Aktivitas kewirausahaan merupakan aktivitas seseorang atau kelompok masyarakat untuk memberdayakan dirinya, menggunakan kemampuannya untuk mengembangkan produk, mengelola keuangan, menjalankan bisnis sehingga akan memperoleh keuntungan bagi kesejahteraan mereka.

Aktivitas kewirausahaan dapat dilakukan oleh siapa saja asalkan dia mampu memberdayakan dirinya untuk mendapatkan keuntungan. Aktivitas ini memerlukan pengetahuan, keterampilan/kemampuan tentang strategi mengembangkan produk mulai dari pengadaan bahan dasar/bahan baku, pengemasan hingga proses pemasarannya.

Jiwa kewirausahaan perlu ditanamkan sejak dini. Banyak kita jumpai anak yang harus berjalan kaki maupun bersepeda butut berkeliling kampung untuk menjual barang dagangannya, meskipun barang yang dijualnya tidaklah terlalu banyak, namun mereka memiliki semangat dan mental baja. Terkadang kita merasa kasihan pada mereka, dengan usia yang masih sangat dini, mereka harus berjualan untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Akan tetapi, di sisi lain, kita merasa bangga bahwa pada anak tersebut mulai tertanam jiwa wirausaha yang harus dikembangkan. Mereka telah memiliki semangat dan mental baja dalam menghadapi segala resiko untuk kehidupannya yang lebih baik.


Lalu bagaimana memupuk jiwa wirausaha pada diri seorang anak di usia dini ? Bagaimana implementasi pembelajaran wirausaha di tingkat PAUD ?


Jiwa wirausaha dapat dipupuk sejak dini karena pembentukan jiwa/mental berwirausaha memerlukan waktu dan proses panjang. Banyak di masyarakat kita kurang memperhatikan pentingnya jiwa berwirausaha. Orang tua kita lebih banyak menuntut sekolah agar anak bisa membaca dan menulis, tetapi mereka tidak menyadari pentingnya pembentukan mental anak. Akibatnya, setelah dewasa, mereka menjadi orang yang manja, tidak mandiri, mudah menyerah dan rasa tanggung jawab yang kurang. Apa kita mau anak-anak kita memiliki jiwa seperti ini ?? tentu tidak, kan ??

Pendidikan kewirausahaan di PAUD bertujuan untuk menanamkan/membentuk mental berwirausaha karena dalam pendidikan wirausaha anak tidak sekedar diajarkan tentang bagaimana cara berbisnis, tetapi lebih dari itu, anak dilatih memiliki mental dan karakter diri yang kokoh dan tangguh. Anak tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah. Selain itu, pendidikan kewirausahaan di PAUD akan merangsang anak untuk mengenali diri sendiri, memahami karakter orang lain, mengendalikan emosi dan stres, mengelola waktu, komunikatif dan luwes dalam menghadapi berbagai situasi serta mampu memilih dan membuat keputusan.
 
Selain itu, membangun jiwa kewirausahaan pada anak usia dini lebih kepada bagaimana membangun sifat dan karakter yang mandiri, bertanggung jawab, optimistis, percaya diri, berani mengambil resiko, kreatif dan berpikir logis dalam menyelesaikan masalah melalui kegiatan yang dirancang guru maupun contoh-contoh konkrit yang ada di sekitar mereka.


Penanaman jiwa wirausaha pada anak usia dini sangatlah penting. Mengutip pendapat Rektor UNDIP, Prof Dr. dr. Susilo Wibowo MS Med Sp. And. bahwa pendidikan belum dapat dikatakan berhasil jika tidak dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup. Karena itu, ia menekankan pentingnya para siswa sejak dini dibekali keterampilan wirausaha sehingga dapat bekerja mandiri.

Pendidikan kewirausahaan pada anak  usia dini dapat diimplementasikan secara terpadu dan terintegrasi dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan tidak dapat terlepas dari peran kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua secara bersama-sama sebagai suatu  komunitas pendidikan.

Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.  Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di sekolah khususnya di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini dapat diinternalisasikan melalui berbagai aktivitas, salah satunya adalah pada kegiatan berikut ini :
 
1. Kegiatan sosiodrama (role play) dengan tema "Pasar" yang alur ceritanya disesuaikan dengan tema yang akan diajarkan. Dalam hal ini, anak berperan sebagai penjual dan pembeli. Dengan kegiatan ini, anak-anak akan belajar mengenai cara menjual/menawarkan barang, memasang harganya, cara menawar dan anak juga akan belajar mengenai jenis barang yang dia jual. Tentu kegiatan ini memerlukan bimbingan dari guru pendamping.

2. Kegiatan proyek dimana anak membuat suatu produk dengan bahan baku yang telah disediakan guru, misalnya membuat tempat tissue dengan bahan baku kardus bekas, hiasan dinding dengan kain flanel, dan lain-lain kemudian dikemas dan dipresentasikan untuk dijual kepada orang tua mereka pada saat kegiatan parenting. Presentasi yang dilakukan anak tentu disesuaikan dengan tingkat perkembangan mereka, demikian halnya dengan aktivitas penjualan produk mereka, tentu ada sedikit perbedaan dengan aktivitas di dunia nyata.

Masihkan kita sebagai orang tua akan terus menekankan anak hanya pada kemampuan calistung dan mengesampingkan pembentukan mental mereka ?? Mari kita ubah paradigma kita dengan menyeimbangkan antara pembentukan mental anak dan kemampuan calistung mereka !!!


"Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Semua Tentang Wirausaha yang diselenggarakan oleh Suzie Icus dan Siswa Wirausaha”

Previous
Next Post »