Memahami dan Membangun Kreativitas Anak Usia Dini



Setiap anak memiliki karakter, kreativitas dan kemampuan yang harus dikembangkan sejak dini. Pengembangan tersebut dilaksanakan melalui pemberian stimulus yang tepat. Jika di lembaga PAUD, guru dapat memberikan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan anak mengembangkan kemampuannya, namun jika di lingkungan keluarga, orang tua dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pengembangan kemampuan anak.

Menurut Robert J. Stenberg, anak dikatakan memiliki kreativitas di kelas manakala mereka senantiasa menunjukkan :
  1. Merasa penasaran dan memiliki rasa ingin tahu, mempertanyakan dan menantang serta tidak terpaku pada kaidah-kaidah yang ada
  2. Memiliki kemampuan berfikir lateral dan mampu membuat hubungan-hubungan di luar hubungan yang lazim
  3. Memimpikan tentang sesuatu, dapat membayangkan, melihat berbagai kemungkinan, bertanya "apa jika seandainya" (what if?) dan melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda
  4. Mengeksplorasi berbagai pemikiran dan pilihan, memainkan idenya, mencobakan alternatif-alternatif dengan melalui pendekatan yang segar, memelihara pemikiran yang terbuka dan memodifikasi pemikirannya untuk memperoleh hasil yang kreatif
  5. Merefleksi secara kritis atas setiap gagasan, tindakan dan hasil-hasil, meninjau ulang kemajuan yang telah dicapai, mengundang dan memanfaatkan umpan balik, mengkritik secara konstruktif dan dapat melakukan pengamatan secara cerdik.
Anak usia dini yang kreatif biasanya tidak suka diam, dia akan selalu bergerak, bertanya dan tidak puas dengan satu jawaban. Dia akan terus menggali sesuatu yang baru. Banyak pertanyaan yang muncul dalam pikirannya sehingga orang lain menganggapnya anak cerewet, bodoh maupun anak nakal.

Bagaimana membangun kreativitas anak usia dini ?

Carolyn Edwars dan Kay Springate memberikan saran tentang upaya mengembangkan kreativitas anak usia dini, yaitu :
  1. Memberikan kesempatan dan waktu yang leluasa kepada setiap anak untuk mengeksplorasi dan melakukan pekerjaan terbaiknya. Orang tua hendaknya memotivasi anak dalam menyelesaikan aktivitas bermain dan tugas-tugas secara produktif.
  2. Menciptakan lingkungan kelas yang menarik dan mengasyikkan
  3. Melakukan "unfinished work", bukan berarti guru atau orang tua melakukan pekerjaan yang tidak dituntaskan, melainkan hal ini sebagai strategi untuk menarik perhatian anak sehingga anak merasa penasaran dan tergoda pemikirannya untuk berusaha melengkapinya atau menciptakan karya baru pada saat-saat berikutnya.
  4. Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan koreksi diri tentang perilaku baik-buruk agar anak berkembang sosial emosional dan kognitifnya.
  5. Menyediakan dan menyajikan ragam bermain yang melimpah dan Alat Permainan Edukatif yang bervariatif serta sumber belajar yang menarik dan bermanfaat bagi anak.
  6. Menciptakan suasana kelas yang memungkinkan anak merasa nyaman. Jika melakukan suatu kesalahan, kenalkan anak dengan resiko dan akibatnya. Anak didorong untuk berani mengambil resiko dengan menggunakan kalimat motivasi seperti : "coba...", "silahkan...", "pasti bisa..." dan guru perlu memberikan kebebasan kepada anak sesuai minat dan keinginan mereka dalam memilih ragam bermain sesuai dengan karakter dan tujuannya.


Kegiatan pembelajaran hendaknya selalu menerapkan prinsip Berpusat Pada Anak. Dalam hal ini, guru maupun orang tua berperan sebagai pendamping, pembimbing dan motivator agar anak mampu mengembangan potensi dalam dirinya.


Artikel ini disadur dari Buku Berpikir Kreatif dan Inspirasi Ragam Main; Seri Pembelajaran Anak Usia Dini, Penulis : Dedy Andrianto


Previous
Next Post »