ABSTRAKSI LAPORAN PTK


PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS DISCOVERY
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI TK AL AMIN KEBANARAN
MANDIRAJA BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ABSTRAK
Umul Hidayah, S.Sos.
Guru TK Al Amin Kebanaran

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan proses sains pada anak kelompok B di TK Al Amin Kebanaran. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan pembelajaran berbasis discovery dapat meningkatkan keterampilan proses sains pada anak didik kelompok B di TK Al Amin Kebanaran Tahun Pelajaran 2012/2013 ? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains melalui penerapan pembelajaran berbasis discovery pada anak didik kelompok B di TK Al Amin Kebanaran Tahun Pelajaran 2012/2013
Penelitian ini dilaksanakan di TK Al Amin Kebanaran, Mandiraja, Banjarnegara. Subyek penelitian adalah anak didik kelompok B yang berjumlah 14 anak terdiri dari 10 anak laki-laki dan 4 anak perempuan . Penelitian dilakukan selama 2 (dua) siklus dengan prosedur umum meliputi tahapan 1) perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan observasi  dan dokumentasi. Instrumen pengambilan data dengan lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui keterampilan proses sains yang dapat dilihat melalui 6 (enam) inidkator yaitu perhatian, ketekunan, kemampuan melaksanakan percobaan, kemampuan melakukan observasi, kemampuan mengkomunikasikan hasil percobaan dan kemampuan melaksanakan tantangan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis discovery dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak kelompok B di TK Al Amin Kebanaran dari 28,57% pada prasiklus menjadi 57,14% pada siklus I dan 78,57% pada siklus II.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka penulis mengajukan saran-saran antara lain: bagi guru, pembelajaran berbasis discovery hendaknya dapat dijadikan alternatif meningkatkan keterampilan proses sains di TK. Guru dapat merancang kegiatan pembelajaran lain untuk meningkatkan perkembangan lainnya sesuai bidang pengembangannya. Perlu adanya motivasi secara terus menerus kepada anak agar berani menyampaikan hasil pengamatan dan percobaannya. Bagi penelitian selanjutnya, perlu pengembangaan lebih lanjut mengenai kegiatan yang sesuai dengan pembelajaran berbasis discovery.

KATA KUNCI:  keterampilan proses sains, pembelajaran discovery



PENDAHULUAN
Bentuk implementasi Pendidikan Anak Usia Dini salah satunya adalah lembaga Taman Kanak-Kanak yang memberikan layanan pendidikan khususnya bagi anak usia 4 hingga 6 tahun. Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak mengacu pada Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa pembelajaran di PAUD harus memperhatikan tingkat pencapaian perkembangan yang meliputi lima aspek perkembangan yaitu perkembangan nilai-nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa dan sosial emosional. Masing-masing lembaga dapat mengembangkannya sesuai dengan kondisi di lembanga tersebut.

.
Salah satu lembaga TK yang ada di wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah TK Al Amin Kebanaran. Kegiatan pembelajaran di TK Al Amin Kebanaran seringkali mengalami hambatan. Salah satu masalah yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah rendahnya keterampilan proses sains pada anak yaitu pada kemampuan pengamatan, identifikasi, bereksperimen, berekeplorasi, memaknai dan menyimpulkan hasil pengamatan. Hal ini dapat terlihat ketika guru meminta siswa untuk melakukan pengamatan dan menyampaikan hasil pengamatannya. Dari 14 anak yang ada di kelompok B, hanya 4 anak atau 28,57% yang dapat menyampaikannya dengan baik. Kemampuan anak dalam mengungkapkan sebab akibat yang ditimbulkan dari suatu peristiwa, misalnya ketika anak ditanya guru “apa yang terjadi jika piring plastik dan batu kita masukkan ke dalam air ?”, maka banyak anak yang tidak dapat menjawab.

Selama ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton dan lebih banyak dilakukan secara klasikal. Guru menyampaikan konsep secara abstrak tanpa memberikan contoh yang konkret dan alasan yang jelas. Selain itu, anak kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran sehingga banyak diantara mereka yang cepat bosan dengan kegiatan yang dilaksanakan, akibatnya pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, anak melakukan aktivitas lain seperti mengganggu teman, bercakap-cakap sendiri, bermain-main dan aktivitas lain yang dapat mengganggu kegiatan pembelajaran. Media yang digunakan guru sangat terbatas sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan kurang menarik.
Mestinya, kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru lebih berorientasi kepada anak. Anak dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Guru menggunakan media yang menarik perhatian anak dan menyampaikan konsep secara jelas dan nyata dengan menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung dan bermakna kepada anak. Anak dirangsang untuk berpikir kritis dan logis serta menemukan sendiri pengetahuan baru melalui aktivitas bermain yang menyenangkan.
Untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada anak usia dini, maka guru bersama dengan teman sejawat memutuskan untuk menerapkan pembelajaran berbasis discovery. Pembelajaran berbasis discovery bertujuan memberikan pengalaman secara langsung kepada anak untuk melakukan eksplorasi terhadap fenomena alam melalui interaksi langsung dengan obyek. Anak berlatih melakukan observasi, memanipulasi obyek, mengukur, mengklasifikasi obyek, melakukan percobaan sederhana, dan dilanjutkan dengan mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pola pikirnya yang masih sinkretik. Untuk itu, penulis mengambil judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Discovery Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Anak Didik Kelompok B Di TK Al Amin Kebanaran Mandiraja Banjarengara Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah penerapan pembelajaran berbasis discovery dapat meningkatkan keterampilan proses sains pada anak didik kelompok B di TK Al Amin Kebanaran tahun pelajaran 2012/2013 ?
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada anak didik kelompok B melalui penerapan pembelajaran berbasis discovery pada anak didik kelompok B di TK Al Amin Kebanaran tahun pelajaran 2012/2013. 

KAJIAN TEORI
1.    Pembelajaran Berbasis Discovery
Pembelajaran berbasis discovery (penemuan) merupakan kegiatan pembelajaran yang lebih menekankan pada pengalaman langsung (E. Mulyasa, 2009 : 110). Pembelajaran berbasis discovery merupakan metode pembelajaran berbasis penyelidikan dan dianggap pendekatan berbasis konstruktivis untuk pendidikan.
Menurut Anita Yus (2009 : 69), pembelajaran berbasis discovery antara lain dilakukan dalam bentuk kegiatan belajar yang memberi peluang kepada anak untuk mengembangkan kemampuan mengamati, mengidentifikasi, bereksperimen, berekeplorasi, memaknai dan menyimpulkan hasil pengamatan. Dalam pembelajaran berbasis discovery, anak berusaha memecahkan masalah dengan menghubungkan antara pengalaman dengan pengetahuan sebelumnya melalui percobaan.

5
Pembelajaran penemuan (discovery learning) merupakan satu komponen penting di dalam pendekatan konstruktivisme (Depdiknas, 2002). Anak didorong untuk belajar dengan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran berbasis discovery memiliki beberapa kelebihan antara lain membangkitkan keingintahuan, memotivasi anak didik untuk melaksanakan percobaan sehingga mereka menemukan jawabannya, belajar memecahkan masalah secara mandiri dan berpikir kritis. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sekaligus menumbuhkan sikap inquiry (mencari-temukan) sehingga anak akan berusaha menggali kemampuan problem solving serta memberi wahana interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru (Elias Noor Wibowo, 2011 : 9).
Melalui pembelajaran berbasis discovery, anak didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru hanya pendorong siswa untuk memiliki pengalaman sehingga memungkinkan untuk menemukan sendiri konsep atau prinsip.
Pembelajaran berbasis discovery berkaitan dengan informasi tentang konsep belajar dan pembelajaran yang banyak dipakai dalam merancang metode-metode mengajar konsep. Adapun langkah-langkah pembelajaran berbasis discovery adalah sebagai berikut (E. Mulyasa, 2009 : 110) :
a.    Adanya masalah yang akan dipecahkan
b.    Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif anak didik
c.    Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh anak didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas
d.    Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.
e.    Susunan kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran anak didik dalam kegiatan belajar mengajar.
f.     Guru harus memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengumpulkan data.
g.    Guru harus memberikan jawaban dengan cepat dan tepat dengan data dan informasi yang diperlukan anak didik.
Secara singkat, pembelajaran berbasis discovery memungkinkan anak untuk belajar secara langsung melalui percobaan untuk membuktikan adanya sebab akibat sehingga memungkinkan anak mendapatkan pengalaman yang nyata dan bermakna. Dengan demikian, pembelajaran berbasis discovery menuntut keaktifan siswa, seperti perhatian, ketekunan, ketelitian dan keterampilan dalam melaksanakan percobaan.
2.    Pembelajaran Keterampilan Proses Sains pada Anak Usia Dini
Sains merupakan disiplin ilmu yang mempelajari obyek alam dengan metode ilmiah (Sund dalam Slamet Suyanto, 2009 : 2), sedangkan menurut Carin (dalam Ali Nugraha, 2007 : 5), sains itu bukan hanya pengetahuan ilmiah tetapi juga sebagai human interprise (media penggali keuntungan alam) yang melibatkan operasional mental, keterampilan dan strategi dan sebagainya yang diperuntukan bagi pemenuhan segala kebutuhan dan keperluan hidup manusia di dunia.
Untuk anak TK, obyek tersebut meliputi benda-benda di sekitar anak dan benda-benda yang sering menjadi perhatian anak, seperti : air, udara, bunyi, api, tanah, tumbuhan, hewan, dan dirinya sendiri. Obyek-obyek tersebut dipelajari melalui metode ilmiah yang bagi anak TK perlu disederhanakan.
Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi sederhana dapat dilakukan anak. Anak dapat pula melakukan proses sains lainnya, seperti melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan melakukan klasifikasi. Produk sains untuk anak TK lebih dominan berupa pengetahuan tentang fakta-fakta dan gejala peristiwa tentang benda-benda alam.
Permainan sains pada anak usia dini sangat bermanfaat karena dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat menimbulkan imajinasi-imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat menambah pengetahuan anak secara ilmiah (Yuliani Nurani Sujiono, 2007 : 12.4). Melalui sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Anak secara bertahap berlatih menggunakan satuan yang akan memudahkan anak untuk berpikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains akan melatih anak untuk mengembangkan keterampilan proses sains, kemampuan berpikir logis, dan pengetahuan.
Keterampilan sains menunjuk pada kemampuan kognitif anak. Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak usia TK (5-6 tahun) sedang dalam masa fase pra-operasional (Yuliani Nurani Sujiono, 2007 : 3.11). Pada fase ini, anak berpikir secara konkret berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang telah terbentuk sebelumnya. Pada tahap ini anak belajar terbaik melalui kehadiran benda-benda.
Pembelajaran keterampilan proses sains pada anak usia TK lebih diorientasikan pada dimensi isi dan proses, artinya, pembelajaran sains di TK mengarahkan anak untuk menguasai isi pengetahuan dan dilakukan melalui proses atau kegiatan yang bermakna. Menurut Slamet Suyanto (2009), anak dapat belajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-cirinya meskipun bendanya sudah tidak berada dihadapannya. Setelah mengamati mobil, anak dapat mengingat warnanya, banyaknya roda, atau ciri lainnya. Anak juga mulai mampu menghubungkan sebab akibat yang tampak secara langsung. Anak juga dapat membuat prediksi berdasarkan hubungan sebab-akibat yang telah diketahuinya. Misalnya dengan melihat awan yang hitam anak mengatakan akan turun hujan.
Anak biasanya hanya memperhatikan salah satu ciri benda yang menurutnya paling menarik untuk membuat kesimpulan. Misalnya, anak pernah melihat sebuah layang-layang berwarna merah terbang tinggi. Ketika ia membeli layang-layang ia akan memilih yang berwarna merah, karena ia berpikir hanya layang-layang berwarna merah yang bisa terbang tinggi.
Anak TK masih sulit membuat generalisasi atau menarik kesimpulan yang mencakup semua fakta. Sebagai contoh, anak dihadapkan pada satu keranjang buah-buahan yang di dalamnya ada pisang, semangka, salak, dan mangga. Lalu kepadanya ditanya apa isi keranjang tersebut. Anak biasanya menjawab dengan cara menyebutkan satu per satu isinya, yaitu pisang, semangka, salak dan mangga. Ia tidak mengambil kesimpulan bahwa isi keranjang tersebut adalah buah-buahan.
Pembelajaran keterampilan proses sains juga melatih anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda di sekitarnya. Anak akan menemukan berbagai gejala benda dan gejala peristiwa yang ada di alam sekitarnya yang akan membangkitkan rasa ingin tahu anak untuk belajar sains lebih lanjut. Dalam eksplorasinya, anak menggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala alam melalui kegiatan observasi (penginderaan) sehingga kemampuan observasinya meningkat. Anak akan memperoleh pengetahuan baru hasil interaksinya dengan berbagai benda yang diobservasinya. Pengetahuan yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir dan belajar lebih lanjut.

Kerangka Berpikir
Keterampilan proses sains pada anak didik di TK Al Amin Kebanaran dengan metode pembelajaran konvensional termasuk rendah. Guru jarang memberikan pengalaman sains yang menarik dan bermakna Hal ini jauh dari apa yang diharapkan dari proses pembelajaran di TK.
 Proses pembelajaran pada anak usia dini dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki bermakna bagi anak melalui pengalaman nyata. Pengalaman tersebut akan merangsang aktivitas rasa ingin tahu yang besar pada anak. Pengetahuan yang pernah diperolehnya menjadi dasar bagi diri anak untuk menemukan pengetahuan baru. Dengan demikian, pada usia dini, anak sebanyak mungkin mendapat pengalaman yang bermakna sehingga ketika pada waktu mendatang anak dihadapkan pada pengalaman sejenis, anak dapat mengembangkan pengetahuan lamanya menjadi pengetahuan baru.
Melalui pembelajaran berbasis discovery, diharapkan anak akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru. Anak dirangsang untuk berpikir secara logis dan ilmiah melalui kegiatan percobaan dan pembuktian konsep sains yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, perkembangan kognitif (sains) pada anak usia dini dapat tercapai dengan maksimal.

Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : penerapan pembelajaran berbasis discovery dapat meningkatkan keterampilan proses sains pada anak didik kelompok B di TK Al Amin Kebanaran tahun pelajaran 2012/2013.


METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B pada TK Al Amin Kebanaran Mandiraja Banjarnegara sebanyak 14 anak, terdiri dari 10 anak laki-laki dan 4 anak perempuan dengan usia rata-rata antara 5 – 6 tahun.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus pada semester gasal tahun pelajaran 2012/2013. Siklus pertama dilaksanakan pada hari Kamis-Sabtu tanggal 6 – 8 September 2012, sedangkan siklus kedua dilaksanakan pada hari Kamis-Sabtu tanggal 13-15 September 2012.

Prosedur Pembelajaran
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Langkah-langkah penelitian tindakan kelas meliputi empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Adapun deskripsi pada setiap kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
1.    Perencanaan
a. Menentukan jenis kegiatan sesuai dengan tema
b.      Menentukan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk merangsang anak melakukan investigasi lebih terfokus.
2.    Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, guru melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dalam perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru (peneliti) dengan mengikuti tahapan-tahapan berikut ini :
a.    Tahap bermain
1)    Guru menyediakan berbagai material/benda-benda untuk bermain anak sesuai dengan tema.
2)    Untuk memotivasi anak, sebaiknya guru ikut bermain untuk mendemonstrasikan bagaimana bermain dengan benda-benda tersebut.
b.    Tahap investigasi
1)    Guru membiarkan anak anak bermain dengan benda-benda yang telah dipersiapkan guru.
2)    Ketika anak bermain, anak melakukan investigasi terhadap peralatan mainnya.
3)    Guru mengajukan pertanyaan untuk merangsang cara berpikir siswa agar lebih kritis.
c.    Tahap sebab akibat
Tahap ini melatih hubungan sebab-akibat dari dua variabel. Investigasi yang dilakukan adalah :
1)    Guru mengajukan pertanyaan lain yang merangsang anak untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat.
2)    Anak melakukan eksperimen sederhana untuk mengetahui hasilnya.
d.    Tahap tantangan
Pada tahap tantangan ini, guru memberikan permasalahan dan memberikan tantangan yang lebih tinggi dari kemampuan aktual siswa. Anak-anak akan berpikir setingkat lebih tinggi dan kembali termotivasi untuk melakukan investigasi.
3.    Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh teman sejawat selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tahap ini digunakan untuk mengetahui hasil atau dampak langsung dari tindakan penelitian yaitu peningkatan kemampuan sains pada anak. Keterampilan proses sains pada anak diukur dengan 6 aspek, yaitu aspek perhatian, ketekunan, keterampilan dalam melaksanakan percobaan, kemampuan melakukan observasi, kemampuan menyampaikan hasil percobaan dan kemampuan melaksanakan tantangan. Hasil observasi dijadikan bahan pertimbangan untuk melaksanakan refleksi dan revisi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan serta menyusun rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. 

4.    Refleksi
Temuan pada waktu kegiatan pembelajaran berbasis discovery untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada anak didiskusikan dengan teman sejawat. Kesimpulan dari hasil diskusi menjadi bahan untuk menyusun rencana tindakan dalam pembelajaran siklus berikutnya.

Data dan Sumber Data
Data hasil penelitian ini adalah data hasil observasi, hasil tes lisan dan dokumentasi berupa mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya. Sumber data dalam penelitian ini adalah anak didik, guru dan pengamat.

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi, tes dan analisis hasil karya anak. Adapun instrumen pengumpulan daya yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) lembar hasil kerja anak; 2) lembar pengamatan untuk mendapatkan data tentang aktivitas belajar dan keterampilan proses sains.

Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif deskriptif dengan membandingkan hasil pembelajaran prasiklus dengan siklus berikutnya. Analisis kualitatif dilakukan dengan mengacu pada pendapat Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan analisis data (Sugiyono, 2009: 57). Validasi data yang digunakan adalah menggunakan triangulasi metode pengumpulan data.

 Indikator Keberhasilan Penelitian
Penelitian ini dinyatakan berhasil, jika :
1.    Sekurang-kurangnya 75% anak didik memiliki keterampilan proses sains dengan kriteria baik.
2. Masing-masing aspek/indikator keterampilan proses sains sekurang-kurangnya mencapai 70%.


Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan memberikan tindakan melalui penerapan pembelajaran berbasis discovery dapat meningkatkan kemampuan sains pada anak didik kelompok B di TK Al Amin Kebanaran. Keterampilan proses sains ini diindikasikan dengan enam aspek yaitu perhatian, ketekunan, kemampuan melaksanakan percobaan, kemampuan melaksanakan observasi, kemampuan mengkomunikasikan hasil percobaan dan kemampuan melaksanakan tantangan.
Sebelum diterapkan kegiatan pembelajaran berbasis discovery, kemampuan sains anak termasuk rendah. Dari 14 anak yang ada di kelompok B, hanya 4 anak atau 28,57% yang memiliki kemampuan sains yang baik, 4 anak atau 28,57% termasuk dalam kategori cukup dan 6 orang atau 42,86% termasuk dalam kategori kurang.

Setelah guru melakukan perbaikan dengan menerapkan pembelajaran berbasis discovery pada siklus I dan siklus II, keterampilan proses sains anak mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan tabel perbandingan tingkat keterampilan proses sains pada prasiklus, siklus I, dan siklus II baik dari segi melaksanakan observasi, melaksanakan percobaan dan kemampuan melaksanakan tantangan :
Tabel 1. Keterampilan Proses Sains Anak pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus II

No.
Keterampilan Proses Sains
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
1
Baik
4 (28,57%)
8 (57,14%)
11 (78,57%)
2
Cukup
4 (28,57%)
4 (28,57%)
2 (14,29%)
3
Kurang
6 (42,86%)
2 (14,29%)
1 (7,14%)

Jumlah
14 (100%)
14 (100%)
14 (100%)

Berdasarkan tabel di atas, hasil kegiatan pembelajaran dari prasiklus hingga siklus II mengalami peningkatan. Tingkat keterampilan proses sains telah mencapai target pencapaian yaitu mencapai 78,57% pada pembelajaran siklus II dari target yang telah ditetapkan sebesar 75%. Hasil pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,57% dari hasil pada siklus I yang tingkat keterampilan proses sainsnya baru mencapai 57,14%.
Dari hasil pada siklus II dan siklus sebelumnya yang disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 1, terlihat jelas bahwa keterampilan proses sains pada pembelajaran prasiklus hingga siklus II mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena siswa mulai terbiasa mengalami pembelajaran proses sains secara sistematis dan berkesinambungan. Anak secara langsung dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain dan menemukan pengetahuan baru serta memberikan tantangan serta memotivasi anak untuk tetap fokus dalam melaksanakan kegiatan percobaan. Peranan guru sebagai fasilitator pada pembelajaran terlihat cukup baik sehingga anak merasa senang dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan percobaan.
Jika dilihat dari tiap indikator keterampilan proses sains, maka dapat diketahui pula bahwa tingkat penguasaan tiap indikator keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II. Dari 6 indikator yang ada, capaian tertinggi pada siklus II yaitu pada indikator ke-1 (perhatian anak terhadap penjelasana guru) sedangkan capaian terendah pada indikator ke-2 (ketekunan) dan indikator ke-5 (kemampuan menyampaikan hasil percobaan)
Hasil refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa partisipasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran berbasis discovery sudah mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 70%, namun masih terdapat beberapa indikator yang masih perlu ditingkatkan yaitu ketekunan, kemampuan melaksanakan observasi, kemampuan menyampaikan hasil percobaan dan kemampuan melaksanakan tantangan. Pada siklus II dilakukan revisi terhadap beberapa tindakan dalam rangka memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I sehingga peningkatan keterampilan proses sains anak melalui pembelajaran dapat lebih maksimal.
Perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II antara lain :
1.    Guru lebih mengingatkan anak tentang pentingnya ketekunan dan keberanian untuk menyampaikan hasil percobaan serta melaksanakan tantangan untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah.
2.    Guru membuat suasana pembelajaran menjadi lebih komunikatif dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menarik serta merangsang anak untuk menemukan pengetahuan baru melalui kegiatan bermain yang dilakukannya. Selain itu, guru juga memberikan reward (penghargaan) bagi siswa yang mau bertanya, menjawab pertanyaan dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Tujuannya adalah membuat siswa berani dan percaya diri untuk mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan menyampaikan pendapat.
3.    Guru mempersiapkan dan menata peralatan sesuai jumlah anak sehingga tidak terjadi perebutan tempat. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran yang dilakukan lebih kondusif dan cara ini diharapkan dapat menghemat waktu pengkondisian secara fisik dari anak sebelum pembelajaran dimulai.
4.    Peraturan pembelajaran yang dibuat guru dan anak kurang dapat disepakati dengan baik pada pembelajaran siklus I. Sebagai tindak lanjut terhadap hasil refleksi siklus I, pada siklus II, guru lebih bersikap tegas dan menerapkan peraturan-peraturan saat kegiatan percobaan dilakukan sehingga anak tidak melakukan aktivitas bermain lainnya di dalam kelas.

B.   Pembahasan
Masalah pembelajaran yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran menjadi perhatian yang penting bagi guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kondisi apa pun yang dihadapi harus dicari pemecahannya agar tujuan pembelajaran yang sudah dirancang dapat berhasil. Demikian halnya yang terjadi di TK Al Amin Kebanaran. Agar kondisi ini tidak berlatur-larut, maka dilakukan pemecahannya dengan jalan mengubah model pembelajaran berbasis discovery untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada anak didik.
Berdasarkan hasil analisis pada setiap indikator dan aspek keterampilan proses sains anak, maka dapat diketahui bahwa secara keseluruhan baik tiap aspek maupun tiap indikator keterampilan proses sains siswa, telah mencapai target yaitu lebih dari 70%. Penerapan pembelajaran berbasis discovery yang diterapkan ini mendapat respon yang cukup bagus dari anak. Anak cukup senang dan merasa nyaman selama mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga termotivasi untuk aktif belajar. Anak menyukai penerapan pembelajaran berbasis discovery karena dapat menumbuhkan keinginan mereka untuk bereksplorasi, bekerjasama, melatih mengutarakan gagasan, bereksperimen, melakukan percobaan dan tidak membosankan sebab proses pembelajaran tidak monoton. Tindakan yang diterapkan dalam kedua siklus tersebut sudah mampu memberikan perbaikan terhadap masalah yang terjadi di dalam kelas sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis discovery dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak kelompok B di TK Al Amin Kebanaran dari 28,57% pada prasiklus menjadi 57,14% pada siklus I dan 78,57% pada siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1.    Bagi guru, pembelajaran berbasis discovery hendaknya dapat dijadikan alternatif meningkatkan keterampilan proses sains di TK. Guru dapat merancang kegiatan pembelajaran lain untuk meningkatkan perkembangan lainnya sesuai bidang pengembangannya.
2.    Perlu adanya motivasi secara terus menerus kepada anak agar berani menyampaikan hasil pengamatan dan percobaannya.
3. Bagi penelitian selanjutnya, perlu pengembangaan lebih lanjut mengenai kegiatan yang sesuai dengan pembelajaran berbasis discovery.
Previous
Next Post »