UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS
PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B
DI TK AL AMIN KEBANARAN
MANDIRAJA
BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
ABSTRAK
Umul Hidayah, S.Sos.
Guru TK Al Amin Kebanaran
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan
proses sains pada anak kelompok B di TK Al Amin Kebanaran. Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah apakah penerapan pembelajaran berbasis discovery dapat meningkatkan
keterampilan proses sains pada anak didik kelompok B di TK Al Amin Kebanaran
Tahun Pelajaran 2012/2013 ? Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan
proses sains melalui penerapan pembelajaran berbasis discovery pada anak didik kelompok B di TK Al Amin Kebanaran Tahun
Pelajaran 2012/2013
Penelitian ini dilaksanakan di TK Al
Amin Kebanaran, Mandiraja, Banjarnegara. Subyek penelitian adalah anak didik
kelompok B yang berjumlah 14 anak terdiri dari 10 anak laki-laki dan 4 anak perempuan . Penelitian dilakukan selama 2 (dua)
siklus dengan prosedur umum meliputi tahapan 1) perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan observasi dan dokumentasi. Instrumen pengambilan data dengan lembar pengamatan
digunakan untuk mengetahui keterampilan proses sains yang dapat dilihat melalui 6
(enam) inidkator yaitu perhatian, ketekunan, kemampuan melaksanakan percobaan,
kemampuan melakukan observasi, kemampuan mengkomunikasikan hasil percobaan dan
kemampuan melaksanakan tantangan. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif
deskriptif.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis discovery dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak
kelompok B di TK Al Amin Kebanaran dari 28,57% pada prasiklus menjadi 57,14% pada siklus I dan 78,57% pada siklus II.
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan hasil penelitian, maka penulis mengajukan saran-saran antara lain: bagi guru, pembelajaran
berbasis discovery hendaknya dapat dijadikan
alternatif meningkatkan keterampilan proses
sains di TK. Guru dapat merancang
kegiatan pembelajaran lain untuk meningkatkan perkembangan lainnya sesuai
bidang pengembangannya. Perlu adanya motivasi secara terus menerus kepada anak
agar berani menyampaikan hasil pengamatan dan percobaannya. Bagi penelitian
selanjutnya, perlu pengembangaan lebih lanjut mengenai kegiatan yang
sesuai dengan pembelajaran berbasis discovery.
PENDAHULUAN
Bentuk
implementasi Pendidikan Anak Usia Dini salah satunya adalah lembaga Taman
Kanak-Kanak yang memberikan layanan pendidikan khususnya bagi anak usia 4
hingga 6 tahun. Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak mengacu pada
Permendiknas No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam
peraturan tersebut disebutkan bahwa pembelajaran di PAUD harus memperhatikan
tingkat pencapaian perkembangan yang meliputi lima aspek perkembangan yaitu
perkembangan nilai-nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa dan sosial
emosional. Masing-masing lembaga dapat mengembangkannya sesuai dengan kondisi
di lembanga tersebut.
.
Selama ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton dan
lebih banyak dilakukan secara klasikal. Guru menyampaikan konsep secara abstrak
tanpa memberikan contoh yang konkret dan alasan yang jelas. Selain itu, anak
kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran sehingga banyak diantara mereka
yang cepat bosan dengan kegiatan yang dilaksanakan, akibatnya pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung, anak melakukan aktivitas lain seperti
mengganggu teman, bercakap-cakap sendiri, bermain-main dan aktivitas lain yang
dapat mengganggu kegiatan pembelajaran. Media yang digunakan guru sangat
terbatas sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan kurang menarik.
Mestinya,
kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru lebih berorientasi kepada anak. Anak
dilibatkan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Guru menggunakan media
yang menarik perhatian anak dan menyampaikan konsep secara jelas dan nyata dengan
menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung dan
bermakna kepada anak. Anak dirangsang untuk berpikir kritis dan logis serta
menemukan sendiri pengetahuan baru melalui aktivitas bermain yang menyenangkan.
Untuk meningkatkan
keterampilan proses sains pada anak usia dini, maka guru bersama dengan teman
sejawat memutuskan untuk menerapkan pembelajaran berbasis discovery. Pembelajaran berbasis discovery bertujuan memberikan pengalaman secara langsung kepada
anak untuk melakukan eksplorasi terhadap fenomena alam melalui interaksi
langsung dengan obyek. Anak berlatih melakukan observasi, memanipulasi obyek,
mengukur, mengklasifikasi obyek, melakukan percobaan sederhana, dan dilanjutkan
dengan mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan pola pikirnya yang masih
sinkretik. Untuk itu, penulis mengambil judul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Discovery
Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Anak Didik Kelompok B Di TK
Al Amin Kebanaran Mandiraja Banjarengara Tahun Pelajaran 2012/2013”.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : apakah penerapan pembelajaran berbasis discovery dapat meningkatkan
keterampilan proses sains pada anak didik kelompok B di TK Al Amin Kebanaran
tahun pelajaran 2012/2013 ?
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan proses sains
pada anak didik kelompok B melalui penerapan pembelajaran berbasis discovery pada anak didik kelompok B di
TK Al Amin Kebanaran tahun pelajaran 2012/2013.
KAJIAN TEORI
1.
Pembelajaran
Berbasis Discovery
Pembelajaran berbasis discovery (penemuan) merupakan kegiatan pembelajaran yang lebih
menekankan pada pengalaman langsung (E. Mulyasa, 2009 : 110). Pembelajaran
berbasis discovery merupakan metode
pembelajaran berbasis penyelidikan dan dianggap pendekatan berbasis
konstruktivis untuk pendidikan.
Menurut Anita Yus (2009 : 69), pembelajaran
berbasis discovery antara lain dilakukan dalam bentuk kegiatan belajar yang
memberi peluang kepada anak untuk mengembangkan kemampuan mengamati,
mengidentifikasi, bereksperimen, berekeplorasi, memaknai dan menyimpulkan hasil
pengamatan. Dalam pembelajaran
berbasis discovery, anak berusaha
memecahkan masalah dengan menghubungkan antara pengalaman dengan pengetahuan
sebelumnya melalui percobaan.
5
|
Pembelajaran berbasis discovery memiliki
beberapa kelebihan antara lain membangkitkan keingintahuan, memotivasi anak
didik untuk melaksanakan percobaan sehingga mereka menemukan jawabannya,
belajar memecahkan masalah secara mandiri dan berpikir kritis. Siswa dapat
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sekaligus menumbuhkan sikap inquiry
(mencari-temukan) sehingga anak akan berusaha menggali kemampuan problem
solving serta memberi wahana interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru
(Elias Noor Wibowo, 2011 : 9).
Melalui pembelajaran berbasis discovery, anak didorong untuk belajar
sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip. Guru hanya pendorong siswa untuk memiliki pengalaman
sehingga memungkinkan untuk menemukan sendiri konsep atau prinsip.
Pembelajaran berbasis discovery berkaitan
dengan informasi tentang konsep belajar dan pembelajaran yang banyak dipakai
dalam merancang metode-metode mengajar konsep. Adapun langkah-langkah
pembelajaran berbasis discovery
adalah sebagai berikut (E. Mulyasa, 2009 : 110) :
a. Adanya
masalah yang akan dipecahkan
b. Sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif anak didik
c. Konsep
atau prinsip yang harus ditemukan oleh anak didik melalui kegiatan tersebut
perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas
d. Harus
tersedia alat dan bahan yang diperlukan.
e. Susunan
kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran
anak didik dalam kegiatan belajar mengajar.
f. Guru
harus memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mengumpulkan data.
g. Guru
harus memberikan jawaban dengan cepat dan tepat dengan data dan informasi yang
diperlukan anak didik.
Secara singkat, pembelajaran berbasis discovery memungkinkan anak untuk
belajar secara langsung melalui percobaan untuk membuktikan adanya sebab akibat
sehingga memungkinkan anak mendapatkan pengalaman yang nyata dan bermakna.
Dengan demikian, pembelajaran berbasis discovery
menuntut keaktifan siswa, seperti perhatian, ketekunan, ketelitian dan
keterampilan dalam melaksanakan percobaan.
2.
Pembelajaran
Keterampilan Proses Sains pada Anak Usia Dini
Sains merupakan disiplin ilmu yang
mempelajari obyek alam dengan metode ilmiah (Sund dalam Slamet Suyanto, 2009 :
2), sedangkan menurut Carin (dalam Ali Nugraha, 2007 : 5), sains itu bukan
hanya pengetahuan ilmiah tetapi juga sebagai human interprise (media penggali
keuntungan alam) yang melibatkan operasional mental, keterampilan dan strategi
dan sebagainya yang diperuntukan bagi pemenuhan segala kebutuhan dan keperluan
hidup manusia di dunia.
Untuk anak TK, obyek tersebut meliputi
benda-benda di sekitar anak dan benda-benda yang sering menjadi perhatian anak,
seperti : air, udara, bunyi, api, tanah, tumbuhan, hewan, dan dirinya sendiri.
Obyek-obyek tersebut dipelajari melalui metode ilmiah yang bagi anak TK perlu
disederhanakan.
Observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi sederhana
dapat dilakukan anak. Anak dapat pula melakukan proses sains lainnya, seperti
melakukan pengukuran, menggunakan bilangan, dan melakukan klasifikasi. Produk
sains untuk anak TK lebih dominan berupa pengetahuan tentang fakta-fakta dan
gejala peristiwa tentang benda-benda alam.
Permainan sains pada anak usia dini sangat
bermanfaat karena dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat
menimbulkan imajinasi-imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat menambah
pengetahuan anak secara ilmiah (Yuliani Nurani Sujiono, 2007 : 12.4). Melalui
sains, anak dapat melakukan percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih
anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak
berpikir logis. Anak secara bertahap berlatih menggunakan satuan yang akan
memudahkan anak untuk berpikir secara logis dan rasional. Dengan demikian sains
akan melatih anak untuk mengembangkan keterampilan proses sains, kemampuan
berpikir logis, dan pengetahuan.
Keterampilan sains menunjuk pada kemampuan
kognitif anak. Menurut Piaget, perkembangan kognitif anak usia TK (5-6 tahun) sedang
dalam masa fase pra-operasional (Yuliani Nurani Sujiono, 2007 : 3.11). Pada
fase ini, anak berpikir secara konkret berdasarkan pengalaman dan pengetahuan
yang telah terbentuk sebelumnya. Pada tahap ini anak belajar terbaik melalui
kehadiran benda-benda.
Pembelajaran keterampilan proses sains pada
anak usia TK lebih diorientasikan pada dimensi isi dan proses, artinya,
pembelajaran sains di TK mengarahkan anak untuk menguasai isi pengetahuan dan
dilakukan melalui proses atau kegiatan yang bermakna. Menurut Slamet Suyanto
(2009), anak dapat belajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-cirinya
meskipun bendanya sudah tidak berada dihadapannya. Setelah mengamati mobil,
anak dapat mengingat warnanya, banyaknya roda, atau ciri lainnya. Anak juga
mulai mampu menghubungkan sebab akibat yang tampak secara langsung. Anak juga
dapat membuat prediksi berdasarkan hubungan sebab-akibat yang telah
diketahuinya. Misalnya dengan melihat awan yang hitam anak mengatakan akan
turun hujan.
Anak biasanya hanya memperhatikan salah satu
ciri benda yang menurutnya paling menarik untuk membuat kesimpulan. Misalnya,
anak pernah melihat sebuah layang-layang berwarna merah terbang tinggi. Ketika
ia membeli layang-layang ia akan memilih yang berwarna merah, karena ia
berpikir hanya layang-layang berwarna merah yang bisa terbang tinggi.
Anak TK masih sulit membuat generalisasi atau
menarik kesimpulan yang mencakup semua fakta. Sebagai contoh, anak dihadapkan
pada satu keranjang buah-buahan yang di dalamnya ada pisang, semangka, salak,
dan mangga. Lalu kepadanya ditanya apa isi keranjang tersebut. Anak biasanya menjawab
dengan cara menyebutkan satu per satu isinya, yaitu pisang, semangka, salak dan
mangga. Ia tidak mengambil kesimpulan bahwa isi keranjang tersebut adalah
buah-buahan.
Pembelajaran keterampilan proses sains juga
melatih anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda di sekitarnya. Anak
akan menemukan berbagai gejala benda dan gejala peristiwa yang ada di alam
sekitarnya yang akan membangkitkan rasa ingin tahu anak untuk belajar sains
lebih lanjut. Dalam eksplorasinya, anak menggunakan lima inderanya untuk
mengenal berbagai gejala alam melalui kegiatan observasi (penginderaan)
sehingga kemampuan observasinya meningkat. Anak akan memperoleh pengetahuan
baru hasil interaksinya dengan berbagai benda yang diobservasinya. Pengetahuan
yang diperolehnya akan berguna sebagai modal berpikir dan belajar lebih lanjut.
Kerangka
Berpikir
Keterampilan proses sains pada anak didik di
TK Al Amin Kebanaran dengan metode pembelajaran konvensional termasuk rendah.
Guru jarang memberikan pengalaman sains yang menarik dan bermakna Hal ini jauh
dari apa yang diharapkan dari proses pembelajaran di TK.
Proses
pembelajaran pada anak usia dini dilakukan dengan tujuan memberikan
konsep-konsep dasar yang memiliki bermakna bagi anak melalui pengalaman nyata.
Pengalaman tersebut akan merangsang aktivitas rasa ingin tahu yang besar pada
anak. Pengetahuan yang pernah diperolehnya menjadi dasar bagi diri anak untuk
menemukan pengetahuan baru. Dengan demikian, pada usia dini, anak sebanyak
mungkin mendapat pengalaman yang bermakna sehingga ketika pada waktu mendatang
anak dihadapkan pada pengalaman sejenis, anak dapat mengembangkan pengetahuan
lamanya menjadi pengetahuan baru.
Melalui pembelajaran
berbasis discovery, diharapkan anak
akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru. Anak dirangsang untuk berpikir
secara logis dan ilmiah melalui kegiatan percobaan dan pembuktian konsep sains
yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, perkembangan
kognitif (sains) pada anak usia dini dapat tercapai dengan maksimal.
Hipotesis
Tindakan
Hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah : penerapan pembelajaran berbasis discovery dapat
meningkatkan keterampilan proses sains pada anak didik kelompok B di TK Al Amin
Kebanaran tahun pelajaran 2012/2013.
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B pada TK Al Amin Kebanaran
Mandiraja Banjarnegara sebanyak 14 anak, terdiri dari 10 anak laki-laki dan 4
anak perempuan dengan usia rata-rata antara 5 – 6 tahun.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus pada
semester gasal tahun pelajaran 2012/2013. Siklus pertama dilaksanakan pada hari
Kamis-Sabtu tanggal 6 – 8 September 2012, sedangkan siklus kedua dilaksanakan
pada hari Kamis-Sabtu tanggal 13-15 September 2012.
Prosedur Pembelajaran
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus dan setiap
siklus terdiri dari tiga pertemuan. Langkah-langkah penelitian tindakan kelas
meliputi empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi. Adapun deskripsi pada setiap kegiatan tersebut adalah sebagai berikut
:
1. Perencanaan
a. Menentukan jenis kegiatan sesuai dengan tema
b. Menentukan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan untuk merangsang anak melakukan
investigasi lebih terfokus.
2. Pelaksanaan
Tindakan
Pada tahap ini, guru melaksanakan tindakan
pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dalam perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru (peneliti) dengan
mengikuti tahapan-tahapan berikut ini :
a. Tahap
bermain
1) Guru
menyediakan berbagai material/benda-benda untuk bermain anak sesuai dengan
tema.
2) Untuk
memotivasi anak, sebaiknya guru ikut bermain untuk mendemonstrasikan bagaimana
bermain dengan benda-benda tersebut.
b. Tahap
investigasi
1) Guru
membiarkan anak anak bermain dengan benda-benda yang telah dipersiapkan guru.
2) Ketika
anak bermain, anak melakukan investigasi terhadap peralatan mainnya.
3) Guru
mengajukan pertanyaan untuk merangsang cara berpikir siswa agar lebih kritis.
c. Tahap
sebab akibat
Tahap ini melatih hubungan sebab-akibat dari
dua variabel. Investigasi yang dilakukan adalah :
1) Guru
mengajukan pertanyaan lain yang merangsang anak untuk menyelidiki hubungan
sebab-akibat.
2) Anak
melakukan eksperimen sederhana untuk mengetahui hasilnya.
d. Tahap
tantangan
Pada tahap tantangan ini, guru memberikan
permasalahan dan memberikan tantangan yang lebih tinggi dari kemampuan aktual
siswa. Anak-anak akan berpikir setingkat lebih tinggi dan kembali termotivasi
untuk melakukan investigasi.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan oleh teman
sejawat selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tahap ini digunakan untuk
mengetahui hasil atau dampak langsung dari tindakan penelitian yaitu
peningkatan kemampuan sains pada anak. Keterampilan proses sains pada anak
diukur dengan 6 aspek, yaitu aspek
perhatian, ketekunan, keterampilan dalam melaksanakan percobaan, kemampuan
melakukan observasi, kemampuan menyampaikan hasil percobaan dan kemampuan
melaksanakan tantangan. Hasil observasi dijadikan bahan pertimbangan
untuk melaksanakan refleksi dan revisi terhadap kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan serta menyusun rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada
siklus berikutnya.
4. Refleksi
Temuan pada waktu kegiatan pembelajaran
berbasis discovery untuk meningkatkan
keterampilan proses sains pada anak didiskusikan dengan teman sejawat.
Kesimpulan dari hasil diskusi menjadi bahan untuk menyusun rencana tindakan
dalam pembelajaran siklus berikutnya.
Data dan Sumber Data
Data
hasil penelitian ini adalah data hasil observasi, hasil tes lisan dan
dokumentasi berupa mengenal
sebab-akibat tentang lingkungannya. Sumber
data dalam penelitian ini adalah anak didik, guru dan pengamat.
Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi, tes dan analisis
hasil karya anak. Adapun instrumen pengumpulan daya yang digunakan dalam
penelitian ini adalah : 1) lembar hasil kerja anak; 2) lembar pengamatan untuk
mendapatkan data tentang aktivitas belajar dan keterampilan proses sains.
Analisis Data
Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif
deskriptif dengan membandingkan hasil pembelajaran prasiklus dengan siklus
berikutnya. Analisis kualitatif dilakukan dengan mengacu pada pendapat Miles
dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan analisis data (Sugiyono,
2009: 57).
Validasi
data yang digunakan adalah menggunakan triangulasi metode pengumpulan data.
Indikator Keberhasilan Penelitian
Penelitian
ini dinyatakan berhasil, jika :
1.
Sekurang-kurangnya 75% anak didik memiliki keterampilan proses sains dengan
kriteria baik.
2. Masing-masing
aspek/indikator keterampilan proses sains sekurang-kurangnya mencapai 70%.
Hasil Penelitian
Berdasarkan
hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan memberikan tindakan melalui
penerapan pembelajaran berbasis discovery
dapat
meningkatkan kemampuan sains pada anak didik
kelompok B di TK Al Amin Kebanaran. Keterampilan proses sains ini diindikasikan dengan enam
aspek yaitu perhatian, ketekunan, kemampuan melaksanakan percobaan, kemampuan
melaksanakan observasi, kemampuan mengkomunikasikan hasil percobaan dan
kemampuan melaksanakan tantangan.
Sebelum diterapkan kegiatan pembelajaran berbasis discovery, kemampuan
sains anak termasuk rendah. Dari 14 anak yang ada di kelompok B, hanya 4 anak
atau 28,57% yang memiliki kemampuan sains yang baik, 4 anak atau 28,57%
termasuk dalam kategori cukup dan 6 orang atau 42,86% termasuk dalam kategori
kurang.
Tabel 1. Keterampilan Proses Sains Anak pada Prasiklus, Siklus
I dan Siklus II
No.
|
Keterampilan Proses Sains
|
Prasiklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
1
|
Baik
|
4 (28,57%)
|
8 (57,14%)
|
11 (78,57%)
|
2
|
Cukup
|
4 (28,57%)
|
4 (28,57%)
|
2 (14,29%)
|
3
|
Kurang
|
6 (42,86%)
|
2 (14,29%)
|
1 (7,14%)
|
Jumlah
|
14 (100%)
|
14 (100%)
|
14 (100%)
|
Berdasarkan tabel di atas, hasil kegiatan pembelajaran dari prasiklus
hingga siklus II mengalami peningkatan. Tingkat keterampilan
proses sains
telah mencapai target pencapaian yaitu mencapai 78,57% pada pembelajaran siklus II dari target yang telah
ditetapkan sebesar 75%.
Hasil pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 78,57% dari hasil pada siklus I
yang tingkat keterampilan proses
sainsnya baru mencapai 57,14%.
Dari hasil pada siklus II dan siklus
sebelumnya yang disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 1, terlihat jelas bahwa keterampilan
proses sains pada pembelajaran
prasiklus hingga siklus II mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena siswa mulai
terbiasa mengalami pembelajaran proses sains secara sistematis dan
berkesinambungan. Anak secara langsung dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran.
Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain dan menemukan pengetahuan
baru serta memberikan tantangan serta memotivasi anak untuk tetap fokus dalam
melaksanakan kegiatan percobaan. Peranan guru sebagai fasilitator pada
pembelajaran terlihat cukup baik sehingga anak merasa senang dalam mengikuti
seluruh rangkaian kegiatan percobaan.
Jika dilihat dari tiap indikator keterampilan proses
sains, maka dapat diketahui pula bahwa tingkat penguasaan tiap indikator keterampilan proses
sains siswa mengalami peningkatan pada siklus I dan siklus II. Dari 6
indikator yang ada, capaian tertinggi pada siklus II yaitu pada indikator ke-1 (perhatian anak terhadap
penjelasana guru) sedangkan capaian terendah pada indikator
ke-2 (ketekunan) dan indikator ke-5 (kemampuan menyampaikan hasil
percobaan)
Hasil
refleksi pada siklus I menunjukkan bahwa partisipasi belajar siswa dalam kegiatan
pembelajaran berbasis discovery sudah mengalami
peningkatan dan telah mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 70%, namun masih terdapat
beberapa indikator yang
masih perlu ditingkatkan yaitu ketekunan, kemampuan melaksanakan observasi, kemampuan
menyampaikan hasil percobaan dan kemampuan melaksanakan tantangan. Pada siklus II dilakukan
revisi terhadap beberapa tindakan dalam rangka memperbaiki kekurangan yang
terjadi pada siklus I sehingga peningkatan keterampilan proses sains anak melalui
pembelajaran dapat lebih maksimal.
Perbaikan-perbaikan
yang akan dilakukan pada siklus II antara lain :
1. Guru lebih mengingatkan anak tentang pentingnya ketekunan dan keberanian
untuk menyampaikan hasil percobaan serta melaksanakan tantangan untuk menemukan
konsep dan memecahkan masalah.
2. Guru membuat suasana pembelajaran menjadi lebih komunikatif dan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menarik serta merangsang anak untuk
menemukan pengetahuan baru melalui kegiatan bermain yang dilakukannya. Selain
itu, guru juga memberikan reward (penghargaan)
bagi siswa yang mau bertanya, menjawab pertanyaan dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Tujuannya adalah membuat siswa berani dan percaya diri untuk mengajukan
pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan menyampaikan pendapat.
3. Guru mempersiapkan dan menata peralatan sesuai jumlah anak
sehingga tidak terjadi perebutan tempat. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran
yang dilakukan lebih kondusif dan cara ini diharapkan dapat menghemat waktu
pengkondisian secara fisik dari anak sebelum pembelajaran dimulai.
4. Peraturan pembelajaran yang dibuat guru dan anak kurang dapat
disepakati dengan baik pada pembelajaran siklus I. Sebagai tindak lanjut
terhadap hasil refleksi siklus I, pada siklus II, guru lebih bersikap tegas dan
menerapkan peraturan-peraturan saat kegiatan percobaan dilakukan sehingga anak
tidak melakukan aktivitas bermain lainnya di dalam kelas.
B. Pembahasan
Masalah
pembelajaran yang dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran menjadi perhatian
yang penting bagi
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kondisi apa pun yang dihadapi
harus dicari pemecahannya agar tujuan pembelajaran yang sudah dirancang dapat berhasil. Demikian halnya
yang terjadi di TK Al Amin Kebanaran. Agar kondisi ini tidak berlatur-larut, maka dilakukan
pemecahannya dengan jalan mengubah
model pembelajaran berbasis discovery
untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada anak didik.
Berdasarkan
hasil analisis pada setiap indikator dan aspek keterampilan proses sains anak, maka dapat diketahui bahwa
secara keseluruhan baik tiap aspek maupun tiap indikator keterampilan proses sains siswa, telah
mencapai target yaitu lebih dari 70%. Penerapan pembelajaran berbasis discovery yang
diterapkan ini mendapat respon yang cukup bagus dari anak. Anak
cukup senang dan merasa nyaman
selama mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga termotivasi untuk aktif belajar. Anak menyukai penerapan
pembelajaran berbasis discovery karena dapat menumbuhkan keinginan
mereka untuk bereksplorasi, bekerjasama, melatih mengutarakan gagasan,
bereksperimen, melakukan percobaan
dan tidak membosankan sebab proses pembelajaran tidak monoton. Tindakan yang
diterapkan dalam kedua siklus tersebut sudah mampu memberikan perbaikan
terhadap masalah yang terjadi di dalam kelas sehingga tidak perlu dilanjutkan
pada siklus berikutnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
hasil penelitian tindakan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran berbasis discovery
dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak kelompok B di TK Al Amin
Kebanaran dari 28,57% pada
prasiklus menjadi 57,14% pada siklus I dan 78,57% pada siklus II.
Berdasarkan
hasil penelitian di atas, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1.
Bagi guru, pembelajaran
berbasis discovery hendaknya dapat dijadikan
alternatif meningkatkan keterampilan proses
sains di TK. Guru dapat merancang
kegiatan pembelajaran lain untuk meningkatkan perkembangan lainnya sesuai
bidang pengembangannya.
2.
Perlu adanya motivasi secara terus
menerus kepada anak agar berani menyampaikan hasil pengamatan dan percobaannya.
3. Bagi penelitian
selanjutnya, perlu pengembangaan lebih lanjut mengenai kegiatan yang sesuai
dengan pembelajaran berbasis discovery.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon